Asal Usul Dewi Bulan Chang’e

Moon Goddess

πŸ‡ Chang’e πŸ‡

Sebelum menjadi dewi bulan, Chang’e menikah dengan pahlawan mitologi Tiongkok. Suaminya adalah pemanah legendaris Hou Yi. Sedikit yang diketahui tentang keluarga Chang’e. Dalam beberapa versi mitosnya, Chang’e melayani Kaisar Langit sebelum dijatuhi hukuman hidup sebagai manusia karena secara tidak sengaja memecahkan pot porselen.

Chang’e juga sering disamakan dengan dewi bulan yang kurang populer, yaitu Changxi, yang melahirkan 12 bulan. Beberapa sejarawan percaya bahwa Chang’e mungkin adalah ibu Changxi karena nama dan status mereka yang mirip sebagai dewi bulan.

πŸ‡ Chang’e Menjadi Dewi Bulan πŸ‡

Saat bumi masih muda, ada 10 matahari di langit. Cuaca sangat panas sepanjang waktu dan tidak ada yang namanya malam. Panas ekstrem menyulitkan pertanian dan membahayakan seluruh populasi di bumi.

Suatu hari, seorang pemanah terampil bernama Hou Yi memutuskan bahwa bencana harus diakhiri. Dia mengangkat busurnya ke langit dan menembak jatuh sembilan dari sepuluh matahari. Sebagai penghargaan atas tindakan heroiknya, Dewi Xiwangmu memberinya ramuan keabadian. Hadiah ini biasanya diperuntukkan bagi makhluk abadi yang telah mencapai pencerahan. Meskipun Hou Yi berterima kasih atas hadiah tersebut, dia merasa bimbang. Xiwangmu hanya memberinya ramuan yang cukup untuk satu orang. Hou Yi tidak ingin menjadi abadi jika istrinya tidak bisa hidup di sisinya selamanya. Pada akhirnya, Hou Yi memutuskan untuk tetap menjadi manusia dan menyembunyikan ramuan itu di bawah tempat tidurnya.

Mengetahui hadiah yang di dapatkan suaminya, malam itu, Chang’e mencari dan menemukan ramuan keabadian di bawah tempat tidur mereka. Ia pun meminumnya hingga tetes terakhir. Menyadari istrinya tidak ada di tempat tidur bersamanya, Hou Yi berlari keluar dan menemukannya melayang ke langit malam. Hou Yi sangat marah sehingga dia mengambil busurnya dan mencoba menembak jatuh Chang’e. Namun semua panahnya meleset.

Tetapi, seiring berjalannya waktu, kemarahan Hou Yi mereda dan dia mulai merindukan istrinya. Dia sering menatap bulan dan memikirkan betapa kesepiannya Chang’e. Agar istrinya tidak merasa kesepian, Hou Yi mulai meninggalkan makanan penutup dan buah-buahan favoritnya setiap malam. Tindakan ini juga untuk menunjukkan bahwa kemarahannya sudah sirna.

Dia melakukan kebiasaan itu sampai hari kematiannya. Tradisi ini berlanjut hingga zaman modern. Banyak orang meninggalkan persembahan tahunan kepada Chang’e selama festival Pertengahan Musim Gugur. Yang kini disebut Festival Kue Bulan. Sebagai alternatif akhir dari mitologi Tiongkok ini, Chang’e dihukum karena mengkhianati suaminya dan berubah menjadi katak buruk rupa. Ia ditakdirkan untuk hidup kesepian di bulan.

Dalam versi mitologi Tiongkok tersebut, seekor kelinci putih merasa kasihan pada Chang’e. Kelinci itu pun terbang bersamanya ke bulan. Ia menemani dan membantu sang dewi menyiapkan ramuan dengan menumbuk ramuan itu menjadi bubuk halus menggunakan kakinya.

Λšγ€€γ€€γ€€γ€€βœ¦γ€€γ€€γ€€.γ€€γ€€. γ€€β€ˆΛšγ€€.γ€€γ€€γ€€γ€€γ€€ . βœ¦γ€€γ€€γ€€ γ€€Λšγ€€γ€€γ€€γ€€ . β˜…β‹†.
γ€€γ€€γ€€.   γ€€γ€€Λšγ€€βœ­γ€€ γ€€γ€€*γ€€γ€€ γ€€γ€€βœ¦γ€€γ€€γ€€.γ€€γ€€.γ€€γ€€γ€€βœ¦γ€€Λš γ€€γ€€γ€€γ€€β€ˆΛšγ€€.Λšγ€€γ€€γ€€γ€€γ€€βœ­γ€€.γ€€γ€€. γ€€β€ˆΛšγ€€.γ€€γ€€γ€€γ€€ γ€€γ€€ γ€€γ€€γ€€γ€€ ✦

Loading

error: Content is protected !!