Semar mungkin salah satu karakter tertua dalam mitologi Indonesia yang konon tidak diturunkan dari mitologi Hindu. Semar menjadi terkenal dalam pertunjungan Wayang, terutama Wayang Kulit, terutama di pulau Jawa dan Bali. Sosoknya digambarkan sebagai seorang pria yang sebenarnya tidak menarik, pendek, payudaranya agak besar, bokong yang besar, dan keinginan untuk selalu kentut.
Di balik penampilannya yang khas itu, Semar memainkan peran penting dalam mitos penciptaan yaitu sebagai kakak dari dewa tertinggi Batara Guru (dewa Hindu Siwa). Dalam pertunjukan wayang tradisional yang dikenal masyarakat, Semar adalah pelawak dan punggawa raja. Semar tidak digambarkan sebagai karakter pahlawan, ia hanyalah mewakili rakyat biasa. Semar juga dikenal sebagai dhanyang (roh teritorial) Jawa dan pamong (pemimpin) rakyat. Dia juga sering disebut dengan kehormatan Kyai Lurah, yang secara kasar diterjemahkan sebagai Kepala Yang Terhormat. Oleh karena itu ia sering dipanggil Kyai Lurah Semar.
Semar merupakan salah satu tokoh pewayangan yang punya banyak alias atau nama lain. Nama lainnya yaitu, Ismoyo, Janggan Smarasonto, Ki Lurah Bodronoyo, Ki Lurah Nayantoko, dan masih banyak lagi. Kata-kata bijak Semar biasanya muncul pada dialog pertunjukan wayang.
Sejarah
Tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala. Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief dalam Candi Sukuh yang berangka tahun 1437. Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu Sadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.
Ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di Pulau Jawa, pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar Mahabharata yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu ulama yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya Sunan Kalijaga. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah Sudamala.
Derajat Semar semakin meningkat lagi karena para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melainkan penjelmaan Batara Ismaya, kakak nomor 2 dari Batara Guru/ Sang Hyang Jagad Guru Pratingkah, Sang Hyang Batara Manikmaya ,Sang Hyang Batara Nilakanta yaitu raja para dewa. dan Raja Tribuwana